Faktor-faktor
berupa gejala alam yang menyebabkan gangguan terhadap iklim global dunia,
antara lain: gejala meningkatnya suhu udara di bumi yang disebut Efek Rumah
Kaca, kondisi yang menyebabkan kekeringan pada rentang waktu lama disebut El
Nino, dan kondisi yang menyebabkan hujan lebat pada rentang waktu lama disebut
La Nina.
1.
Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca adalah
terjadinya peningkatan suhu udara di muka bumi akibat semakin banyaknya gas
pencemar di dalam udara. Industri-industri, pabrik-pabrik, kendaraan bermotor,
dan semua sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang menggunakan bahan bakar
bensin, solar, minyak tanah, dan batu bara menghasilkan gas buang berupa: CO2,
CO, NO2, SO2,, HCN, HCl, H2S, HF, dan NH4. yang terus meningkat jumlahnya.
Besarnya CO2 dan gas pencemar lain yang terakumulasi semakin hari semakin
tinggi, hal tersebut menghambat radiasi sinar matahari yang mencapai permukaan
bumi. Sinar matahari sebagian dipantulkan oleh akumulasi gas-gas pencemar
tersebut kembali ke angkasa, tetapi tertahan oleh gas lain yang kembali
dipantulkan ke bumi yang berakibat semakin panasnya udara di permukaan bumi.
Kenaikan suhu bumi ini akan berakibat lebih jauh yaitu: mencairnya es di kutub,
meningkatnya permukaan air laut akibat es yang mencair, terendamnya areal
pertanian di tepi pantai akibat naiknya air laut, dan menurunnya produksi hasil
pertanian karena terendamnya areal pertanian di tepi pantai.
2. El Nino
El
Nino adalah terjadinya pemanasan temperatur air laut di pantai barat
Peru–Ekuador yang menyebabkan gangguan iklim secara global. El Nino datang
mengganggu setiap dua tahun sampai tujuh tahun sekali.
El Nino merupakan pemanasan
setidaknya 0,5 F) atau setara dengan timur-tengah Samudera Pasifik tropis.°C
(0,9 ° Atau dengan mudah didefinisikan pemanasan air di Samudera
Pasifik. El Nino yang biasa dikenal dengan El Nino-Southern Oscillation (ENSO)
ini adalah bagian interaksi sistem global dari laut-atmosfer ditambah fluktuasi
iklim yang terjadi sebagai akibat dari sirkulasi samudra dan armosfer. ENSO
merupakan keadaan yang paling menonjol antar-tahunan variabilitas cuaca dan
iklim di seluruh dunia. El Nino menyebabkan pola cuaca yang menyebabkan hujan
pada tempat tertentu tetapi tidak di tempat lain, hal ini yang menyebabkan
terjadinya kekeringan.
Peristiwa
ini diawali dari memanasnya air laut di perairan Indonesia yang kemudian
bergerak ke arah timur menyusuri ekuator menuju pantai barat Amerika Selatan
sekitar wilayah Peru dan Ekuador.
Bersamaan
dengan kejadian tersebut air laut yang panas dari pantai barat Amerika Tengah,
bergerak ke arah selatan sampai pantai barat Peru-Bolivia sehingga
terjadilah pertemuan air laut panas dari kedua wilayah tersebut. Massa air
panas dalam jumlah besar terkumpul dan menyebabkan udara di daerah itu memuai
sehingga proses konveksi ini menimbulkan tekanan udara menurun (minus). Kondisi
ini mengakibatkan seluruh angin yang ada di sekitar Pasifik dan Amerika Latin
bergerak menuju daerah tekanan rendah tersebut. Angin muson di Indonesia yang
datang dari Asia dengan membawa uap air juga membelok ke daerah tekanan rendah
di pantai barat Peru – Ekuador. Peristiwa tersebut mengakibatkan angin
yang menuju Indonesia hanya membawa uap air yang sedikit sehingga kemarau yang
sangat panjang terjadi di Indonesia. Akibat peristiwa tersebut juga dirasakan
di Australia dan Afrika Timur. Sementara itu, di Afrika Selatan justru terjadi
banjir besar dan menurunnya produksi ikan akibat melemahnya up-welling. Kemarau
panjang akibat El Nino biasanya disertai dengan kebakaran rumput dan hutan.
Pada tahun 1994 dan 1997, baik Indonesia maupun Australia mengalami kebakaran
akibat peristiwa El Nino.
Berdasarkan intensitasnya El-nino
dibagi menjadi :
1. el-nino lemah ( weak el-nino) : yakni jika penyimpangan suhu muka laut di pasifik ekuator +
0.5 C s/d 1.0 C dan penyimpangan ini terjadi minimal selama 3 bulan berturut -
turut.
2. el-nino sedang ( moderate
el-nino)
: yakni jika penyimpangan suhu muka
laut di pasifik ekuator + 1.1 C s/d 1.5 C dan penyimpangan ini terjadi minimal
selama 3 bulan berturut - turut.
3. el-nino kuat ( strong el-nino) : yakni jika penyimpangan suhu muka
laut di pasifik ekuator > 1.5 C penyimpangan ini terjadi minimal selama 3
bulan berturut - turut.
Dampak el - nino terhadap kondisi
cuaca :
1. Angin pasat timuran melemah
2. Sirkulasi monsoon
melemah
3. Akumulasi curah hujan berkurang
diwilayah Indonesia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara. Cuaca di daerah
ini cenderung lebih dingin dan kering
4. Potensi hujan terdapat disepanjang
pasifik ekuatorial tengah dan barat serta wilayah Argentina.
Dampak El - nino terhadap cuaca di Indonesia :
1. Curah hujan disebagian daerah
berkurang
2. Kekeringan
3. Kebakaran hutan dan berdapak timbulnya asap
Tanda-tanda
awal terjadinya El Nino adalah:
1. Kenaikan tekanan permukaan di
atas Samudera Hindia, Indonesia dan Australia;
2. Penurunan tekanan udara di Tahiti
dan sisanya di pusat dan timur Samudra Pasifik;
3. Perubahan angin di Pasifik
Selatan
4. Udara hangat naik dekat Peru dan
menyebabkan hujan di Peru utara gurun; dan
5. Air yang hangat menyebar dari barat Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia di timur Pasifik. Dan menimbulkan hujan di daerah itu, dan
menyebabkan daerah kekeringan semakin luas di Pasifik barat dan curah hujan di
Pasifik tumur biasanya kering.
Akibat
dari terjadinya El Nino, antara lain :
a) Hujan dan banjir di sepanjang pantai Pasifik;
b) Air hangat mengganggu rantai makanan ikan, burung dan mamalia laut;
c) Tornado dan badai di selatan Amerika; dan
d) Badai di Atlantik kurang dari normal.
a) Hujan dan banjir di sepanjang pantai Pasifik;
b) Air hangat mengganggu rantai makanan ikan, burung dan mamalia laut;
c) Tornado dan badai di selatan Amerika; dan
d) Badai di Atlantik kurang dari normal.
3. La Nina
Peristiwa La Nina
merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina berarti bayi perempuan. La Nina
berawal dari melemahnya El Nino sehingga air laut yang panas di pantai Peru dan
Ekuador bergerak ke arah barat dan suhu air laut di daerah itu berubah ke
kondisi semula (dingin) sehingga up-welling muncul kembali sehingga kondisi
cuaca kembali normal. La Nina juga berarti kembalinya kondisi ke keadaan
normal setelah terjadinya El Nino. Air laut panas yang menuju arah barat
tersebut pada akhirnya sampai di Indonesia yang bertekanan dingin sehingga
seluruh angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Indonesia bergerak menuju
Indonesia. Angin tersebut menyebabkan hujan lebat dan banjir karena sangat
banyaknya uap air yang dibawa. Peristiwa La Nina di Indonesia pada tahun 1955,
1970, 1973, 1975, 1995, dan 1999 terhitung sejak Indonesia merdeka (1945).
La Nina diukur dengan Indeks os
South Osilation (ISO). La
Nina dikaitkan dengan nilai positif dari ISO dan disertai dengan pertukaran
angin Pasifik yang lebih kuat dan lebih hangat di sebelah utara Australia.
Dimana perairan di timur tengah dan Samudra Pasifik tropis menjadi dingin
selama waktu ini
Akibat dari adanya La Nina, antara
lain:
a) salju dan hujan di pantai barat;
b) di Alaska cuaca biasa dingin;
c) cuaca panas luar biasa di seluruh Amerika Serikat;
d) kekeringan di daerah barat daya; dan
e) badai di Atlantik lebih tinggi dari jumlah normal.
b) di Alaska cuaca biasa dingin;
c) cuaca panas luar biasa di seluruh Amerika Serikat;
d) kekeringan di daerah barat daya; dan
e) badai di Atlantik lebih tinggi dari jumlah normal.
No comments:
Post a Comment